Resensi Novel
Nama
: Hairiani
Laskar Pelangi
Karya Andrea Hirata
Penulis :
Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tanggal terbit : Cetakan ke-26, November – 2008
Tempat terbit : Yogyakarta
Jumlah halaman : 534
Tebal buku : 23 mm
Jenis cover : Soft Cover
Kategori : Novel
Cerita terjadi
di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah
Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jika tidak mencapai siswa baru sejumlah 10
anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi ketika
Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan
ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Mulai dari sanalah
dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka
dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian
bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama
Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi
dari rumahnya ke sekolah!
Mereka
“Laskar Pelangi” nama yang diberikan Bu Muslimah karena kesenangan mereka
terhadap pelangi. Mereka pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai
cara. Misalnya pembalasan Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena
kesenangannya pada okultisme (kepercayaan terhadap hal-hal supranatural seperti
ilmu sihir) yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus.
Kejeniusan luar biasa Lintang yang
menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah PN yang berijazah dan
terkenal yang akhirnya Lintang memenangkan lomba cerdas cermat. Pada
bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak
perempuan yang bernama Flo. Anak perempuan yang tomboi berasal dari keluarga
kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah PN yang kaya dan sekaligus
tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari Laskar Pelangi. Laskar Pelangi
mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah kesebelas
kawan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik (Lintang)
itu putus sekolah dengan sangat mengharukan. Dilanjutkan dengan kejadian 12
tahun kemudian dimana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke
kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea
Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sebelas Laskar
Pelangi.
Ini
adalah kisah heroik 11 anak Belitong yang tergabung dalam “Laskar Pelangi” :
Lintang, Ikal, Mahar, Syahdan, Kucai, Borek, A Kiong, Sahara, Trapani,
Harun, dan Flo. Andrea Hirata, dengan
cerdas mengajak pembaca mengikuti nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman
Belitong yang berada dalam kehidupan kontras : kaya dengan tambang timah, tapi
rakyatnya tetap miskin dalam kesehariannya.
Ini
adalah cerita tentang semangat juang menyala dari anak-anak kampung Belitong
untuk mengubah nasib melalui sekolah, yang harus mereka dapat dengan susah
payah. Sebagian besar orang tua mereka lebih suka melihat anak-anaknya bekerja
membantu orang tua di ladang, atau bekerja menjadi buruh kasar di PN Timah,
daripada sekolah yang tak jelas masa depannya.
Derita
sekolah itu tergambar jelas ketika SD Muhammadiyah di kampung miskin itu
terancam tutup kalau murid baru sekolah itu tidak mencapai 10 orang. Kesebelas
anak menyelamatkan masa depan suram pendidikan yang hampir hilang karena
masalah ekonomi.
Kesebelas
anak itu memiliki keunikan masing-masing. Di antara 11 anak Laskar Pelangi itu,
Lintang dan Mahar adalah 2 di antara yang paling menonjol. Lintang jenius dalam
bidang eksakta (tentang hal-hal yang bersifat konkret serta dapat dibuktikan
dengan pasti), Mahar ahli di bidang seni budaya. Mereka seolah mewakili otak
kanan dan otak kiri manusia. Lintang memiliki semangat juang yang tiada tara
dalam belajar. Dia rela menempuh perjalanan dengan sepeda sejauh 80 km pulang pergi
demi dapat memuaskannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Karena terlalu
semangatnya hingga tercium karet terbakar dari sepatunya yang aus digerus pedal
sepeda. Jika ada aral melintang di jalan dan terhambat sampai sekolah, tiada
masalah baginya, asal dapat menyanyikan lagu “Padamu Negeri” pada akhir jam pelajaran.
Novel Laskar Pelangi penuh dengan taburan
wawasan yang luas seperti samudera dari penulisnya yang paham betul tentang
ilmu eksakta, seni budaya, dan humor. Kita akan dibuat tersenyum geli dari
humor kecil yang dilontarkannya, terharu bahkan menangis ketika membaca kisah
heroik kesebelas anak Laskar Pelangi.
Andrea Hirata
adalah seseorang yang suka bermimpi dalam menjalankan hidupnya. Namun, mimpi
itu akan dia usahakan untuk menjadi kenyataan. Didalam novel Laskar Pelangi dia
lebih menceritakan tentang masa lalunya di Belitong. Sehingga cerita yang ada
didalam novel ini benar-benar bersuasana sama seperti tempat asli terjadinya
kejadian tersebut. Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah
berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagai referensi ilmiah.
Adapun dalam novel keduanya, “Sang Pemimpi”, Andrea membawa kita ke dalam
kenyataan hidup yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah
mencapai titik kemustahilan, lalu Andrea kembali membangkitkan semangat meraih
mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat
mengantarkan ke Sorbonne, Paris, kota impiannya. Novel “Edensor” adalah novel
ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi. Novel ini bercerita tentang keberanian
bermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri sendiri, dan penaklukan-penaklukan
yang gagah berani. Novel keempat, atau terakhir dalam rangkaian empat karya
tetralogi Laskar Pelangi, adalah “Maryamah Karpov”. Novel ini menceritakan
semua hal tentang Laskar Pelangi, A Ling, Arai, Lintang, dan beberapa tokoh
dalam cerita sebelumnya. Dalam Maryamah Karpov, dengan ironi yang menggelitik
dan khas, Andrea berkisah tentang perempuan dari satu sudut yang amat jarang
diekspos dan membawa kita pada kisah yang menakjubkan sekaligus mengharukan.
Dalam keempat novel tetralogi Laskar Pelangi, kita tak hanya menikmati epik
yang bermutu. Kita juga akan menyaksikan bagaimana seorang penulis berbakat
berevolusi dari satu karya ke karya yang lainnya .
Novel ini
sangat bermanfaat, khususnya bagi siswa-siswi karena pada novel tersebut
dikisahkan perjuangan yang begitu berat yang dialami oleh tokoh-tokoh Laskar
Pelangi untuk bersekolah dan menuntut ilmu agar menjadi orang besar dan berguna
nantinya. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah
membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Kelebihannya
novel ini menceritakan tentang persahabatan dan kesetia kawanan yang erat dan
juga mencakup pentingnya pendidikan yang begitu mendalam, serta kisahnya yang
mengharukan. Berisikan motivasi bagi pembacanya dan banyak amanat yang dapat
diambil dari kisah tersebut. Andrea Hirata mengajarkan kita agar tidak terlebih
dahulu putus asa, jika ingin meraih mimpi yang diinginkan. Mengajarkan kita agar
baik terhadap teman sesama dan mau untuk saling membantu. Namun, dengan segala
keindahan dan kelebihannya, novel ini membuat para pembacanya mendapat sedikit
kesulitan karena adanya bahasa Melayu, adanya ungkapan dan khiasan dalam
kalimat membuat cerita ini sedikit terasa sulit. Walaupun begitu, cerita ini
tetap memikat dan penuh dengan muatan pesan yang dapat direnungkan dan
diterjemahkan dengan lebih dalam.
Berikut
beberapa saran dari saya yaitu, penggunaan
ungkapan, khiasan dan bahasa Melayu dikurangi, agar pembaca nyaman dalam
membaca dan memahami maknanya serta menyebutkan tahun di tiap-tiap peristiwa
yang terjadi agar tidak membuat pembaca bingung dengan alurnya.
Novel Laskar
Pelangi ini layak dibaca oleh orang-orang karena kita dapat mengambil beberapa
pelajaran hidup yang penting, seperti kita menghargai hidup dan semua pemberian
Tuhan. Selalu bersyukur dan pantang menyerah karena tidak ada yang tidak
mungkin asal kita mau berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar